Ilmu Kantong Bolong


Apakah mungkin kita menerapkan Ilmu Kantong Bolong pada era ini? Ya atau tidak tergantung pemahaman tentang ilmu ini sendiri. Ilmu yang sederhana dan jarang sekali diangkat dipermukaan pada acara seminar, lokakarya atau workshop dunia pendidikan, kepemimpinan, bahkan pelatihan kepribadian-etika, mungkin kurang juga disentil disela-sela obrolan ringan. Ilmu kantong bolong ini dilatarbelakangi oleh sosok yang low profile yang bernama R.M Sosrokartono. Dilihat dari namanya Sosrokartono, beliau adalah orang Jawa Indonesia.

Kantong Bolong atau kantong kosong, sekilas bahwa kantong itu berlubang dan kosong. Jika memang itu maksudnya, berarti tidak ada sesuatu/materi yang dapat tertampung di dalamnya. Tapi beliau berpendapat lain:

"Ilmu kantong kosong merupakan laku cinta-kasih kepada manusia dan Tuhan. Cinta kasih sempurna adalah antusiasme dan empati untuk menolong sesama manusia dalam mengatasi derita, rasa sakit, dan duka. Cinta-kasih adalah ekspresi pengabdian kepada Tuhan."

Sebuah pernyataan yang indah dan sangat elegan yang meluncur begitu tulus dari kakak kandung R.A Kartini. Sosrokartono tak kalah berpengaruh dibandingkan dengan saudarinya RA Kartini. Bedanya, Sosrokartono lebih banyak menutup diri, menekuni kebatinan tanpa publikasi luas.

Cinta kasih secara vertical dan horizontal sangat melekat pada ilmu ini. Ketika berada pada peradaban yang sangat kompleks, social-ekonomi yang masih meraba dan meramu rumus yang jitu agar menjadi Negara yang gemah ripah lo jinawi, toto tentrem kertoraharjo, dunia pendidikan yang berputar sangat cepat kurang dibarengi dengan energi ekstra menjadikan ilmu kantong bolong hanya sekedar kantong bolong yang memang kosong. Ehm…. Mudah-mudahan tidak.

"Wejangan penting dari Sosrokartono, antara lain, sugih tanpa banda, digdaya tanpa aji, nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake (kaya tanpa harta, sakti tanpa azimat, menyerbu tanpa pasukan, menang tanpa merendahkan). Sebuah filsafat laku yang merangkum dunia ekonomi, militer, politik, hingga sosial atau etika."

Bisakah kita melakukan wejangan itu? Yang Maha Pemberi, Dzat yang mengatur alam dan isinya selalu memberikan sesuatu yang terbaik bagi hamba-Nya jika kita semua mau belajar dari materi yang diciptakan-Nya.

Sumber : klik disini
 

UUD Untuk Urusan Diri

“Kemerdekaan adalah ketika manusia sudah tidak terjajah oleh stimulus luar , menjalani sesuatu bukan karena keinginan-keinginan serta tuntutan masyarakat , tetapi melakukannya karena sebab dari stimulus dalam, dari dalam diri , niatan murni tidak terpaksa dan tidak memaksakan, melakukan hal berdasarkan kapasitas diri”
sumber : klik disini

entah kata - kata siapa diatas ini, namun kata - kata ini menjelaskan bahwa saya hari ini hadir didunia untuk hidup merdeka mencari jalan sendiri sesuai dengan apa yang saya lakukan tanpa ada unsur terpaksa dan tidak memaksakan, melakukan hal berdasarkan kapasitas diri
 
diooda